Perjuangan Cinta Youtuber Cantik, Gitasav dan Kekasihnya Paulus



Gita Savitri Devi atau yang lebih dikenal dengan Gitasav adalah seorang social media influencer yang merupakan lulusan Kimia Murni di Free University Berlin. Gita seringkali menuangkan berbagai opini dan gagasan – gagasan inspiratifnya melalui blog dan video blognya, dari situlah kemudian nama wanita yang bulan September 2017 lalu menerbitkan buku berjudul “Rentang Kisah” ini mulai dikenal banyak orang. Selain dikenal sebagai seorang blogger, dan content creator youtube, wanita cantik yang lahir di Palembang 26 tahun silam ini juga memiliki hobi menyanyi. Sementara itu kekasih Gita, Paulus Andreas Partohap atau yang biasa disapa Paul adalah seorang musisi yang menempuh pendidikan di University of Hamburg. Tidak berbeda jauh dengan Gita, Paul juga aktif dalam bersosial media dan kerap kali membagikan aktivitas kesehariannya seperti membuat lagu dan mengcover lagu. Paul dan Gita juga terlibat dalam proyek kolaborasi hingga merilis lagu berjudul “Seandainya”. Gita dan Paul mulai mengenal satu sama lain karena kesamaan hobi mereka di bidang musik, keduanya sama – sama kuliah di Jerman, awal pertemuan keduanya yaitu  ketika sedang membuat video cover bersama. Berawal dari pertemuan itulah lantas Paul jatuh cinta pada Gita, keduanya pun kemudian merajut cinta hingga 6 tahun lamanya.

Namun, dengan segala prestasi yang sudah diraih Gita tak lantas membuat hidupnya sempurna, karena pada kenyataannya kebahagiaan tidak dapat diukur dengan itu semua. Gita  justru merasakan kekosongan di hidupnya dan berbagai problematika datang melanda. Terlebih ketika ia dibuat galau akan hubungannya dengan kekasihnya Paul. Karena di tengah perjalanan cinta mereka, Gita sempat merasa bahwa hubungannya dengan Paul akan berakhir sia – sia karena perbedaan agama. Selama satu tahun Gita mencoba berdiskusi dengan Paul tentang agama, namun tidak ada perubahan yang berarti. Hingga suatu hari Gita disadarkan dengan firman Allah Swt dalam surah al-Qashas ayat 56 :
“Sesungguhnya engkau tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai, melainkan Allahlah yang memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”

Firman itu terasa seperti tamparan baginya. Ia pun akhirnya berpasrah diri kepada Allah. Jika Paul memang tidak diberi hidayah, maka itu memang sudah jalannya. Gita pun sudah ikhlas kalaupun Paul bukan jodohnya. Namun siapa yang menyangka hati Paul kemudian luluh. Suatu ketika Paul mendapat musibah, ia bahkan dilanda keraguan akan agamanya. Hingga suatu hari Paul akhirnya memutuskan untuk masuk Islam. Setelah masuk Islam, permasalahan Paul bukan berakhir tetapi justru semakin bertambah. Dimulai dari tekanan dari keluarga dan teman-temannya hingga keadaan ekonomi yang semakin memburuk.
Sebagaimana Paul, Gita pun merasakan ada bagian yang hilang dalam hidupnya. Ia merasa belum menjadi muslimah yang sempurna, masih banyak perihal agama yang belum diketahuinya. Bagaimana mungkin ia bisa mengenalkan Islam pada Paul jika dirinya sendiri pun belum mendalaminya. Gita pun mulai mempelajari Islam lebih dalam, mulai dari mengikuti pengajian, membaca buku, hingga menyuntikkan napas Islam ke dalam setiap hal yang dikerjakannya. Bahkan lebih dari itu, Gita akhirnya memutuskan untuk berhijab.
Keputusan untuk berpindah agama dan memulai berhijab tentu saja bukan hal yang mudah. Dibutuhkan renungan panjang dan keyakinan yang dalam untuk menghadapinya. Bahkan Nabi Ibrahim As pun menjalani renungan yang panjang untuk mengetahui Allah Swt. Setelah memutuskan beriman bukan berarti segala permasalahan akan selesai. Berbagai ujian baru akan muncul berdatangan. Ujian itulah yang akan menentukan tingkat keyakinan dan keistiqomahan seorang hamba pada Allah Swt.
 “I feel somehow lonely, because I know I’m gonna go through this alone. But I have to look at the positive side although it’s so hard. Kayaknya ini adalah cobaan yang dikasih buat gue dan paul. Kami udah hijrah, sekarang saatnya kami diuji supaya kami bisa jadi orang – orang mukmin. It feels like we’ve lost any hope, but Allah promises us that hardship comes with ease and the help of Allah is near. Paul, I know you won’t read this. But I just wanna tell you that we can go through this. You are strong and your strength makes me stronger. You’ve showed me how brave you are. Words can’t explain how proud I am of you. Maybe people say you’re weak. But I know they have no idea. The road of Allah is surely not easy. We are now going through the hardest time of our lives yet. It’s hard, but it’s worth it. I feel somehow special and thankful, because He’s now giving us chance to be better individuals. We’ve come so far, we’ve changed a lot from that to this. We’ve changed our path. We just need to keep reminding ourselves that with the first step in Jannah we will forget it all. Allah sees all. He sees all.”, tulis Gita dalam blognya.

Perjuangan cinta Gita dan Paul ini merupakan bentuk cinta kasih mereka kepada Allah, cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah yang membuat cinta itu menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupan dan menundukkan semua bentuk kecintaan lain. Dimana keduanya sama – sama belajar mendalami agama dan berusaha menjadi manusia yang lebih baik,. Dan setelah semua perjalanan yang mereka lalui, akhirnya mereka dituntun kepada cerita yang awalnya  mereka pikir akan sia – sia,  ke akhir cerita yang berujung ibadah dan indah, yakni pernikahan. Gita dan Paul menikah pada tanggal 4 agustus 2018.



****
Referensi :
 [1] Gita Savitri Devi. (2015). "A Thousand Words". https://gitasavitri.blogspot.com/2015/06/a-thousand-words.html. [16 Maret 2019]
[2] Fera Rahmatun Nazilah. 2018. "Gita Savitri dan Perjalanan Cintanya dengan Pria Non-Muslim". https://islami.co/gita-savitri-dan-perjalanan-cintanya-dengan-pria-non-muslim/. [16 Maret 2019]
[3] Winda Wahdania. 2018. "Resmi Menikah, Gita Savitri Ungkap Kisah Pertemuannya dengan Paul". https://www.grid.id/read/04912398/resmi-menikah-gita-savitri-ungkap-kisah-pertemuannya-dengan-paul?page=all. [16 Maret 2019]
[4] Materi Kuliah Ilmu Budaya Dasar (Bab IV: Manusia dan Cinta Kasih)

Komentar